Ismail Manik (34), petani kelapa sawit, warga Dusun V, Desa Danau Sijabut, Kec. Air Batu, Kabupaten Asahan, 14 tahun hidup bersama dua ekor ular jenis phyton yang panjangnya mencapai 6 meter dengan berat badannya kira-kira 50 kg.
Ismail yang ditemui, Minggu (30/1) dikediamannya mengatakan, dirinya sengaja tidak memberikan nama atau julukan kepada dua ekor ularnya perliharaannya tersebut.
Menurut Ismail, awal ia memelihara kedua ekor ular itu sekitar 14 tahun lalu. Saat itu dirinya dan rekan-rekannya membuka ladang. Tiba-tiba salah seorang pekerjanya menemukan ular yang cukup lumayan besarnya dengan panjang badan kira-kira 3,5 meter. Kemudia ular itu mereka tangkap lalu dijual ke Kota Kisaran dengan harga saat itu berkisar Rp300 ribu.
Ternyata, di bawah timbunan sampah di tempat mereka menemukan ular itu didapati telur ular yang jumlahnya sekitar 20 butir. Lalu telur-telur itu ia bawa pulang dan dibungkus dengan kain dicampur dengan serbuk gergaji. Sekitar sebulan kemudian, telur-telur itu menetas sekitar enam butir.
Setelah menetas, ada dua ekor yang mati. Dengan telaten anak–anak ular itu dirawat oleh Ismail. Menurutnya merawat bayi ular jauh lebih repot dari mengurus bayi manusia. Mula-mula makannya harus disulangi, kemudian bisa makan sendiri, kira-kira berumur satu tahun, dari empat ekor anak ular yang selamat, dua ekor diberikan kepada rekannya. Namun hingga kini, tidak diketahui bagaimana kabarnya.
Lanjut bapak 5 anak itu, sementara dua ekor anak ular yang ada padanya dipeliharanya dengan telaten. Semula kedua ular itu dikandangkan di dalam rumah, karena takut terjadi sesuatu. Namun kini kedua ular ditempatkan di luar dengan kandang ukuran 2 x 2,5 meter. Selama 14 tahun memelihara kedua ular yang memiliki warna berbeda itu, dirinya pernah sekali digigit, itupun karena sewaktu dirinya akan memberi makan ular itu.
“Saat itu ketika mau kuberi makan, ular itu langsung menerkam tanganku. Walau tanganku sempat berdarah, namun tidak sakit, karena ular itu tidak berbisa,” ucapnya.
Menurutnya untuk memelihara ular ini tidak sulit. Sebab makannya juga sekali-seklai
itu pun waktunya cukup lama. Satu ekor ular cukup diberi makan satu ekor ayam dan waktunya tidak setiap hari.
Menurutnya, banyak nilai positifnya sejak dirinya memelihara ular itu terlebih setelah ular itu besar dan jinak.
“Banyak pengunjung yang datang, baik keluarga ataupun orang luar daerah bahkan ada warga Selandia Baru berkunjung ke rumah saya,” ucapnya.
Ismail mengaku tidak pernah mengutip biaya, bagi siapa pun yang datang mengunjungi kediamannya.
Sekitar 5 tahun lalu, salah satu dari ular itu pernah keluar dari kandang, namun beberapa hari kemudian, ular itu kembali.
“Aku juga pernah didatangi orang yang menawat ular itu yaitu anak buahnya Abi Besok yang mau membeli ular-ularku dengan harga Rp3 juta. Namun aku tidak menjualnya,” ucapnya.
Mimpi Ismail kembali menuturkan, setelah ular peliharaannya gagal dibeli orang, dirinya pernah bermimpi. Saat itu sekitar empat lima tahun lalu, ia mengaku bermimpi kalau kandang ular miliknya sudah dihanjacurkannya. Namun tiba-tiba ia bertemu seseorang yang tidak pernah ia jumpai sebelumnya.
“Pria yang kujumpai dalam mimpiku saat itu mengenakan kemeja warna biru. Setelah itu aku juga dalam mimpiku bertemu wanita cantik dan dalam mimpiku wanita cantik itu kubawa pulang ke rumah,” ucapnya.
Keesokan harinya, dirinya pergi ke salah seorang paranormal untuk menanyakan arti dari mimpinya. Menurut paranormal yang ditemui Ismal, mimpi itu pertanda jika ular yang dipelihara Ismail tidak ingin dijual. Bahkan menurut paranormal ular itu harus dipelihara dengan baik, sebab akan membawa keberuntungan.
0 Komentar:
Posting Komentar